Selasa, 29 Juni 2021

Diary Berganti

 Hari ini hujan tidak turun, sinar matahari sekejap menampakkan sinarnya. Namun tak lama langit kembali mendung. Rasanya aku masih ragu, dan kusadari aku mulai terlambat untuk berangkat mas, bagaimana denganmu? Pasti kamu sudah ditempat kerja ya. Aku menyempatkan makan sebelum berangkat, segalanya terasa tergesa-gesa. Aku hanya punya waktu kurang dari 15menit agar sampai tepat waktu.


Dijalan aku sangat khawatir mas, bagaimana jika aku terlambat. Motorku melaju kencang, musim hujan ini mengakibatkan banyak lubang di jalan, saking kencangnya aku hampir tak dapat mengendalikan laju motor saat hendak menghindari lubang. Motorku terguncang, tak sempat menghindar. Tanganku menggenggam erat stang motor. Botol minum di dashboardpun terpental dan jatuh.


Aku hampir tak ingin mengambilnya, kukira ia akan pecah tak karuan. Tapi aku berhenti dan putar balik untuk mengambilnya. Iya, botol itu pecah mas, tapi hanya bagian tutupnya. Aku bersyukur tak terjadi sesuatu yang lebih parah, baik kepadaku maupun botol minum itu. Aku selalu mendoakanmu mas, agar semua berjalan lancar tanpa suatu halangan apapun. Tenang saja, aku tetap sampai di kantor dengan selamat dan tepat waktu. Semoga kamu segera menyadari keberadaanku dan kepergianku ya mas. 






Batang_01/2021

Rabu, 07 April 2021

Diary "Hari Pertama"

 Mas, hari ini aku berangkat untuk bekerja, namun aku berangkat ke tempat lain, tempat dimana aku tak lagi bisa melihatmu. Mas, kamu tahu? Hari pertama ini terasa sepi dan aku masih menimbang antara tempatmu dan tempatku saat ini. Jujur aku tak begitu semangat, tapi ini baru pertama, aku yakin kedepannya akan lebih baik. Sebenarnya aku takut, karena terbesit pertanyaan dalam hatiku, tapi aku takut, bahkan untuk mengatakannya dalam hati.

Pastinya kamu tidak akan merasa kehilangan, mungkin sedetik saja kamu menyadari tiadanya keberadaanku. Tapi itu bukan masalah bagimu. Berbeda dengan perasaanku, apakah semua akan baik-baik saja atau harus ada perubahan lagi. Disini tentunya lebih baik mas, aku tak begitu berkeringat, karena masih belajar dengan pekerjaan baru. Tapi aku tidak tertarik membahasnya. Pikiranku pergi ke tempatmu mas, apakah disana baik-baik saja. Apakah banyak canda tawa serta ketegangan seperti biasanya?

Disini aku belum mengenal siapapun, bahkan aku mendapat jadwal baru dalam jam kerja, pergi terang pulang gelap, begitu mas. Bagaimana teman-teman disana? Semoga semua baik-baik saja ya, dan semoga kamu menyadari ketiadaanku. 



#imajinasi

Senin, 05 April 2021

Diary "Suasana Hatimu"

Hari ini berjalan lancar dan membahagiakan meski selalu ada hal-hal yang menengangkan. Sepertinya kamu sedang ada masalah ya mas, sejak beberapa hari lalu, kamu dan atasan lainnya selalu rapat. Sekilas aku mendengar bahwa kamu harus bertanggungjawab atas sesuatu, mungkin itu kesalahan kerja. Tadi aku melihatmu mengendarai mobil dengan laju yang emosi. Mungkin suasana hatimu sedang tidak baik. Kamu yang ada dalam mobil tapi hatiku yang khawatir, jangan mengendarai mobil seperti itu mas, berhati-hatilah karena lajunya seperti ugal-ugalan.

Sore harinya kamu kembali, seseorang menghampirimu, tapi kamu sibuk jadi menyuruhnya untuk menemuiku saja. Ketika itu ada yang salah mas, kamu kemudian lari mengejar orang itu. Aku sudah cemas apakah akan menimbulkan masalah besar lagi. Kamu berjalan kearahku dengan wajah muram. Sangat berbeda dibanding dengan saat pertama kamu menjelaskan pekerjaan padaku, kali ini kamu menjelaskan dengan emosi.

Menegurku jangan sampai salah lagi, bahkan menaruh barang saja sampai kamu banting. Begitu buruk ya suasana hatimu saat itu? Maafkan aku yang belum memahami segala yang ada, aku akan melakukan semuanya dengan lebih baik lagi mas, semoga suasana hatimu lekas membaik ya. 



#imajinasi

Senin, 29 Maret 2021

Diary "Hari Pertamaku"

 Mas, hari ini aku berangkat untuk bekerja, namun aku berangkat ke tempat lain, tempat dimana aku tak lagi bisa melihatmu. Mas, kamu tahu? Hari pertama ini terasa sepi dan aku masih menimbang antara tempatmu dan tempatku saat ini. Jujur aku tak begitu semangat, tapi ini baru pertama, aku yakin kedepannya akan lebih baik. Sebenarnya aku takut, karena terbesit pertanyaan dalam hatiku, tapi aku takut, bahkan untuk mengatakannya dalam hati.

Pastinya kamu tidak akan merasa kehilangan, mungkin sedetik saja kamu menyadari tiadanya keberadaanku. Tapi itu bukan masalah bagimu. Berbeda dengan perasaanku, apakah semua akan baik-baik saja atau harus ada perubahan lagi. Disini tentunya lebih baik mas, aku tak begitu berkeringat, karena masih belajar dengan pekerjaan baru. Tapi aku tidak tertarik membahasnya. Pikiranku pergi ke tempatmu mas, apakah disana baik-baik saja. Apakah banyak canda tawa serta ketegangan seperti biasanya?

Disini aku belum mengenal siapapun, bahkan aku mendapat jadwal baru dalam jam kerja, pergi terang pulang gelap, begitu mas. Bagaimana teman-teman disana? Semoga semua baik-baik saja ya, dan semoga kamu menyadari ketiadaanku. 



#jogja #batang

Selasa, 26 Januari 2021

Diary "Hari Berganti"

 

Dok. Pri

Langit nampak mendung sejak subuh, rintik gerimis membasah bumi mengiringi basah pipi dan hati ini. Sudah sejak malam aku memikirkannya, apakah harus ini yang terjadi? Namun dalam hatiku bertekad apapun itu akan aku jalani. Kamu mungkin tidak tahu mas, sebenarnya berat jika harus pergi begitu saja.

Aku bahkan tidak tahu kalau kemarin adalah hari terakhir kita berinteraksi, andai kutahu pasti aku akan meminta waktu berhenti sejenak, meski tak mungkin tapi aku ingin berusaha menatapmu lebih lama. Mas, kakiku tetap melangkah, hatiku berat tapi tubuhku telah benar-benar pergi dari tempat dimana kita bisa berinteraksi.

Semoga semua baik-baik saja ya mas, jangan lagi terburu-buru sehingga kamu menjatuhkan CPU. Semoga tak ada masalah lagi dengan pekerjaanmu. Rasanya aku menjadi orang yang tidak beretika, pergi begitu saja tanpa ada kata maaf dan terimakasih. Tapi mas, aku yakin masih ada waktu meski terlambat, masih ada ikatan antara aku dan tempat itu. Semoga Tuhan memberi waktu yang tepat.




____

Pekalongan 19/01/21


Sabtu, 19 Desember 2020

Cerpen "Rintik Imajinasi"

 

Pinterest 

Siang itu hujan rintik-rintik, Syta menoleh ke arah sebrang jalan, pandangannya tertuju pada tempat ngopi yang tak terlalu ramai. Tempatnya tidak terlalu kecil, tidak juga terlalu besar, hampir seluruh pintu dan dindingnya dari kaca, sehingga terlihat jelas suasana di dalam kedai. Syta memutuskan untuk mampir, meski ia tak hobi minum kopi, ia sudah membayangkan menu lain untuk dinikmati bersama rintik hujan.

Syta tak ingin langsung kembali ke kosnya setelah pergi belanja beberapa kebutuhannya. Memang ia berencana jalan-jalan, namun cuaca tidak mendukungnya untuk berada di luar ruangan. Alih-alih memesan kopi, Syta memilih untuk memesan es susu coklat berteman roti bakar rasa coklat pula. Syta menyalakan ponselnya, tak ada satu notifpun yang masuk. Ia menarik bibirnya melengkungkan senyuman singkat, Syta suka duduk di kursi dekat dinding kaca itu, dengan meja bundar yang tak terlalu lebar, dan hanya tersisa satu kursi kosong didepannya.

Menu pesanannya datang, pas sekali Syta belum mengisi perutnya sedari pagi. Sepiring kecil roti bakar rasa coklat mulai menjelajah lidah, perut yang keroncongan sudah mulai tenang. Nampaknya ia sengaja meminum es susu coklat dengan sruputan penuh gairah. Pikirnya minuman dingin nan manis itu mampu memperbaiki suasana hatinya yang tengah kacau. Lamunannya terhenti, seseorang menghampiri mejanya, laki-laki tinggi, berambut gondrong, namun penampilannya rapi, rambutnya diikat ke belakang, bahunya kekar dan tegap. Ditangannya ia membawa mangkuk berisi bubur yang masih panas, nampak dari asapnya yang mengepul.

Syta beradu pandang dengannya, tak tahan ia mengerutkan dahinya, penasaran apa maksud si lelaki itu. "mbak datang sendiri?" tanya lelaki itu dengan suara tebal. Syta mengangguk perlahan. Si lelaki menyodorkan mangkuk ditangannya ke arah Syta dan duduk didepannya. "Ini menu spesial hari ini, karena cuaca dingin dan hujan, kami menyediakan menu bubur panas yang semoga cocok dinikmati saat cuaca begini. Ini untuk mbaknya, kami beri gratis. Semoga mbaknya suka". Lelaki itu tersenyum menatap Syta. Ia tidak beranjak pergi setelah memberikan bubur dan menjelaskan alasan datangnya menu bubur itu.

Syta menggeser mangkuk bubur agar lebih dekat lagi dengannya. Syta tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Meski Syta ragu, ia mulai menyendok bubur yang asapnya masih mengepul dan mencicipinya. "Hmm.. Enak, apakah ada kerupuk?" syta bertanya dengan tatapan serius. Lelaki itu kikuk hingga mengalihkan pandangannya kearah mangkuk bubur. "Eehh... Cuma bercanda kok, hehe". Syta mencoba mencairkan suasana dan keduanya tertawa lirih.

Si lelaki memperkenalkan dirinya, ia merupakan pemilik kedai, kedai yang sudah dirintisnya sejak setahun lalu, saat usianya masih 25 tahun. Syta kagum dan dengan seksama mendengarkan cerita si pemilik kedai. "Maaf sebelumnya, apakah aku mengganggu? Tadi kulihat kamu masuk sendiri, duduk disini, kukira sedang menunggu seseorang". Ucap si lelaki dengan santai. Syta tersenyum dan hanya menggeleng kepala. Suara riuh terdengar dari meja belakang, penasaran apa yang terjadi, Syta menoleh, na'as seorang pelayan tersandung bersamaan dengan kaki Syta yang bergeser keluar meja.

"Pyurrrr.... Aahhh maaf, mbak maaf". Pelayan panik seraya membersihkan kaki Syta yang terkena tumpahan kopi panas. Syta kaget, dan sontak berdiri, ia menarik roknya yang basah dan terasa panas di kakinya. Raut wajahnya kesal atas kejadian itu, meski pelayan berulangkali meminta maaf, Syta belum menggubrisnya. Ia malah terdiam menatap ke arah mejanya.

Segelas es susu coklat bersanding dengan sepiring kecil roti bakar sudah habis. Disebelah piring kecil, Syta menatap buku novel yang terbuka tepat di halaman 279 bab limabelas, tak lama lagi bacaannya selesai. Sekilas ia membaca paragraf terakhir, baris akhir "Apakah aku mengganggumu? Tadi kulihat kau masuk dan duduk sendiri. Kukira sedang menunggu seseorang". Ia hanya tersenyum dan menggelengkan kepala.




____

Batang, 19 Desember 2020

Syta dwy riskhi


Jumat, 18 Desember 2020

"Surat Darimu"


Kegembiraan Hatiku ini hampir tak dapat ku ungkapkan,

Kau tahu kenapa?

Sudah lama engkau tiada mengirim surat

Kini hatiku tengah berbahagia, kau tahu?

Rasanya aku tak bosan-bosannya membaca suratmu

Meski hanya melalui kata-kata yang kau tulis

Aku merasa berhadapan langsung denganmu


Makin hari rindu itu semakin menggebu gebu

Ingin rasanya untuk bisa selalu dekat denganmu, kau tahu?

Setiap kata yang kau tuliskan dalam suratmu

Seolah olah telah melekat di hatiku

Tak ada lagi harapanku padamu

Selain harapan hari dimana engkau kembali

Untuk kita bersanding di singgasana cinta



_____

Batang, Desember 2020

#dwy_rr