Minggu, 25 Februari 2018

DiaryKu "Kejenuhan ini Makin Memuncak"



Kejenuhan Ini Semakin Memuncak

Dunia semakin meninggalkanku, jika aku tidak mengejarnya kemana aku harus pergi dan dimana aku tinggal ?, bahkan sampai kini aku belum menemukan siapa diriku ? berkali aku memilih untuk menjadi satu dalam diriku, hasrat lain muncul memisahkan diri, pemberontakan demi pemberontakan semakin membuatku goyah.

Dari sudut sana, kumpulan manusia yang mempunyai ambisi kuat, pertarungan apapun yang siap mereka hadapi apapun cara dan bagaimanapun hasilnya harus membuatnya puas.

Aku yang terdiam disini hampir-hampir sudah tak terlihat lagi, sepi sendiri, bagaimana rasanya ditinggalkan dunia? Sekeras apa kau bisa mengejarnya ? sejauh mana kau bisa bertahan ?

Aku mengunci diri didalam kamar, tak seorangpun tau bagaimana keadaanku, ahh... bagaimana akan tahu, bahkan aku tak diberi kesempatan untuk mengutarakannya atau menumpahkannya saja dijalanan.

Hatiku beku tak dapat bergerak aku sudah tak punya rasa, terus saja mereka meneriaki ku tak guna berada diantara mereka. Tak ada lagi yang ku cari disini, untuk apa tetap bertahan ..?

Kejenuhan ini semakin memuncak, aku tak dapat mengendalikan diri, bukan ini..bukan ini diriku yang sebenarnya. Bukan ini yang ingin ku tunjukan, bukan ini titik nyaman ku.

Lalu bagaimana aku harus pergi, daripada ditinggalkan bagaimana caraku untuk pergi , bagaimana ..?

Sabtu, 17 Februari 2018

PUISI |BUKU|



BUKU

Tertutup rapat penuh debu
Tak ada yang menyentuhku
Diam sendiri terbelenggu
Tiada yang memperdulikanku
Kapan terakhir aku dibuka
Aku tak ingat waktunya
Dulu selalu berguna
Sebelum benda itu tiba
Sampulku hampir tak terbaca
Tertutup debu dan noda
Sendiri di ruang berkaca
Tak satupun yang membuka



#Yogyakarta, 17 Feb 2018

Minggu, 11 Februari 2018

Anak Gadis Ayah


<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
  (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
    google_ad_client: "ca-pub-5390189565408946",
    enable_page_level_ads: true
  });
</script>

Puisi
Anak Gadis Ayah
Oleh : Syta Dwy Riskhi

Harum Bunga Melati Merebak
Memberi Khas Indahnya Hari ini
Bibir merah yang terus tersenyum
Hiasan rambut yang menawan
Gaun indah yang begitu anggun
Membalut diri dalam kebahagiaan
Ucapan sumpah janji sehidup semati
Penantian yang berujung pada tujuan

Ayah.. ini anak gadismu Telah tergenggam tangannya
Oleh seorang laki-laki .. Ayah.. ini anak gadismu
Hati, dan jiwa nya menyatu bersama seorang laki-laki
Aku dibesarkan dalam ayunan kasih sayangmu ayah
Dan kini aku akan meninggalkan rumahmu ayah
Begitu sulit untuk melepas diri dari kenangan
Aku akan mengingat suka duka bersamamu ayah
Seluruh kerja keras dan pengorbanan mu ..
Terimakasih ayah...

Sabtu, 10 Februari 2018

Surat KeEgoisanQ, untuk KawanQ



10Feb2018


Tepat hari ini kawanku menikah, entah sadar atau tidak, aku tidak hadir dalam hari bahagia itu. Entah sengaja atau tidak, aku tak menimbang keputusan untuk hadir dalam acara itu. Bukan tanpa alasan, aku hanya tak mau merepotkan diri untuk datang di sela kesibukanku yang rapat. Waktunya mungkin tidak bersahabat, meski ku paksakan diri, akalku tetap tak mau bergerak.

Mungkin saja tak akan terlalu menjadi masalah dengan ketidak hadiranku, sedekat apapun aku dan dia, masih banyak kawan lain yang menjadi prioritasnya. Aku menjadi ragu dengan persahabatan, seberapa besar keinginanku untuk mempertahankan hubungan yang erat, aku tak bisa mengalahkan ego atas keadaan. Jarak sebagai alasan dan kesibukan yang menentang, hidupnya sudah jauh berbeda, susah senang tak lagi kami jalani bersama, bahkan aku tak ingat kapan waktu terakhir kami berkumpul.

Rasanya sudah lama, sejak waktu itu rasanya lebih dari bertahun-tahun. Bukannya kami tak lagi berkawan, hanya dari sisi egoku yang tak mendukung, pernah ku ingat diantara kami yang menuliskan kata-kata rindu, yang sempat membuatku berkata, aku harus pulang dan bertemu dengan mereka, berkumpul dan melepas rindu bersama.

Tidak dengan waktu lama, rasa itu pergi bersamaan dengan kabar gembira, salah satu dari kami yang akan menikah, membuatku takut, bisakah akan berkumpul kembali ?. Semenjak kabar itu tiba, rasanya.. hanya aku yang tak tahu cerita hidup mereka. Bukan karena ku tak perduli, mungkin aku tak punya waktu untuk tahu.

Tepat hari ini kawanku menikah, tak ada kabar tak ada sapa, hanya aku yang terlupa. Maklum saja, siapa aku yang tak punya waktu untuk bersama, sudahlah dilupakan di hari bahagia. Tanya kehadiran itu tak akan datang. Ada atau tidak diriku di benak mereka, seluruh doa kebahagiaan dan ucapan selamat kuhadiahkan untuk semua kawanku yang tengah berbahagia.


#Yogyakarta