Rabu, 06 Desember 2017

Krisis Interaksi Sosial di Balik Perkembangan Teknologi



Krisis Interaksi Sosial di Balik Perkembangan Teknologi
 
            Perkembangan teknologi semakin pesat, teknologi selalu maju dan dieluh-eluhkan sebagian ilmuan. Bagaimana terus menciptakan dan mengembangkan teknologi secanggih mungkin yang bisa mempermudah pekerjaan manusia bahkan menggantikan pekerjaan manusia. Namun apabila laju teknologi tak bisa dikontrol kemungkinan besar akan malah menjadi bumerang bagi manusia itu sendiri. Banyak sudah berbagai teknologi yang merubah drastis kehidupan sosial masyarakat.

            Sekarang ini remaja tumbuh ditengah hebatnya perkembangan teknologi dari berbagai bidang. Teknologi komunikasi misalnya, gadget canggih bermunculan seakan terus menerus memenuhi keinginan masyarakat dalam  memenuhi kepuasannya. Contoh nyata setiap orang mulai membentengi diri dari ranah sosial akibat gadget. Disuatu tempat dimana beberapa remaja berkumpul bersama teman-temannya namun tidak terjadi interaksi sosial satu sama lain, kebanyakan dari mereka merupakan generasi merunduk, yang dimaksudkan merunduk adalah kesibukan mereka dengan smartphone masing-masing.

            Lain dari perkumpulan lain lagi dalam suatu forum atau kelas, sekarang ini orang-orang akan lebih memilih bertanya pada smartphone nya ketimbang pada orang lain. Guru dikelas tak lagi terlalu diperhatikan, bingung atau tidak paham siswa akan bertanya pada smartphone tanya mbah google kalimat kerennya. Untuk orang yang mungkin berada dijalan baru atau menuju suatu tempat yang mungkin belum pernah dikunjungi, apabila menemui kebingungan atas jalan mana yang harus dilalui orang akan bertanya pada seseorang yang kebetulan dipinggir jalan sehingga terjadilah interaksi sosial. Namun sekarang sudah berbeda, menjadi lebih singkat dengan bertanya pada smartphone atau google maps.

Dibalik segala kemudahan yang disuguhkan teknologi komunikasi ada beberapa hal yang dilupakan dan mulai ditinggalkan. Orang-orang yang semula berkumpul untuk membicarakan sesuatu, malah menjadi kumpulan sunyi yang anggotanya merupakan generasi merunduk. Saat berjalanpun kini orang-orang sudah tidak perduli lagi dengan keadaan sekitar, mereka akan merunduk mengoperasikan smartphone nya, sehingga tidak sadar ada orang jatuh atau orang yang menyapanya karena smartphone yang mengalihkan perhatiannya dari keadaan sekitar.

Orang sudah jarang saling menyapa dijalan, dibeberapa tempat bahkan setiap orang tidak lagi mengenal para tetangga rumahnya. Para anggota keluargapun semakin kehilangan waktu kebersamaan dengan keluarganya, karena kesibukan masing-masing sang Ayah sibuk dengan laptopnya, Ibu sibuk dengan smartphone yang menyajikan banyak resep makanan, dan anak-anak yang bermain game dari smartphone miliknya. Komunikasi antar keluargapun semakin senggang, ayah tidak lagi berbicara tentang aturan-aturan keluarga, ibu tak lagi membahas soal keuangan, dan anak-anak yang tidak banyak bertanya ini itu kepada orang tuanya, karena dialihkan oleh peran smartphone.

            Seakan orang lebih membutuhkan teknologi yang ada ketimbang dengan manusia lain. Meski sejatinya manusia tidak bisa hidup tanpa manusia lain, mungkin sekarang ini kata-katanya sudah berubah kebanyakan orang tidak bisa hidup dengan teknologi, orang lebih memilih ketinggalan dompet ketimbang ketinggalan smartphone nya. Daripada berkumpul dengan orang-orang dalam suatu pesta atau acara sosial, orang akan lebih senang sibuk dengan smartphone nya. Kini orang melakukan interaksi sosial via media sosial yang merupakan kelebihan dari teknologi komunikasi, orang dengan jarak jauh akan dapat terhubung satu sama lain melalui media sosial.

            Terlepas dari interaksi sosial yang dilakukan melalui media, kembali pada hakikat manusia  yang membutuhkan manusia lain, interaksi sosial yang dulu kita pelajari bukan seperti yang sekarang ini sedang terjadi. Manusia berinteraksi sosial dengan bertemu secara langsung dan ada kedekatan secara fisik, barulah interaksi sosial itu terjadi. Namun canggihnya teknologi merubah kedekatan menjadi lebih mudah tanpa harus berada ditempat yang sama. Contohnya video call, meski tidak berada ditempat yang sama namun masing-masing orang dapat saling melihat secara langsung.

Kelihatannya adalah baik saat teknologi mampu memberikan kemudahan, namun dibalik segala kemudahan itu ada hal-hal lain yang menjadikan masyarakat dijaman ini semakin tidak perduli dengan keadaan sekitar. Melemahnya interaksi sosial secara langsung, dengan berada ditempat yang sama dan dengan kedekatan fisik. Istilah yang dapat disebut adalah teknologi komunikasi mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Orang lebih sibuk curhat pada teman media sosialnya daripada dengan teman sebangkunya.

Saat kejadian seperti ini terus berlangsung, kemungkinan dibeberapa tahun kedepan orang tidak akan lagi keluar rumah untuk berkegiatan, bahkan untuk keluar dari kamarnya. Manusia akan diam ditempat memegang satu teknologi yang dapat digunakan untuk mewakili pekerjaannya. Jika dibayangkan memang menyenangkan manusia tidak perlu lagi bergerak melakukan berbagai pekerjaan, namun apakah ini akan berjalan dengan baik ? mungkin manusia sudah kehilangan hakikatnya sebagai manusia, atau manusia akan digantikan dengan robot.

Senin, 04 Desember 2017

puisi "Kemana Arah Langkah"



Kemana Arah Langkah

Ada masa-masa yang mengesalkan
Dimana diri ini berusaha melangkah
Melangkah seorang diri
Semua berteriak mengapa sendiri..
Bersama-sama lebih baik
Saat diri ini bersemangat melangkah
Melangkah bersama-sama
Semua diam tak ada yang datang..

Diri ini bergerak cepat
Tak ada satupun yang mengikuti
Diri ini bergerak lambat
Semua telah malaju pesat
Mungkin diri ini terlalu lama
Terlalau lama menimbang rasa
Sehingga semua hanya berteriak
Berteriak dari kejauhan




#Yogyakarta04/12/2017
Syta dwy riskhi

Jumat, 01 Desember 2017

(cerpen) Kesetiaan di Atas Segalanya



Kesetiaan di Atas Segalanya


Hari ini dia tidak datang, sudah janjian jam delapan, sekarang sudah jam sepuluh pasti dia tidak datang, Rara mengomel dalam hati, sudah maklum kalau dia telat, tapi sampai tidak datang, Rara jengkel.

Setengah jam lagi, mungkin memang terlambat yang begitu amat terlambat, yaahh.. menit-menit sudah berlalu, Rara tak tahan lagi, kakinya sudah berasa merakar ke dalam tanah karena lama menunggu.

Namanya juga menunggu pasti lama, tapi menunggu yang tidak pasti datang begini sangat menjengkelkan. Rara mengemasi barangnya dan beranjak pergi. Sengaja dia tidak membuka hp atau menghubunginya sekedar memastikan janji harus di tepati tak perlu tagih-menagih.

Sampai di kantor, Rara ngambek sapaan teman sejawatnya tak ia gubris, bahkan panggilan dari atasannya. Ah,,, yang lain sudah maklum dengan sikap dingin Rara sewaktu-waktu.



“dia ingkar janji lagi .. ? dia tidak datang .. ?”
“yaa.. mungkin dia sibuk atau benar-benar tidak bisa datang”
“sudah berapa kali ..? dan sudah berapa lama ..? ada yang tidak beres, meski dia sudah kembali, sepertinya hanya jasadnya saja, jiwanya entah kemana..”

Rara tak lagi menanggapi kata-kata Bayu, baginya tak ada yang aneh dengan Riko, mungkin dia memang sedang sibuk. Terakhir komunikasi pun sehari yang lalu saat membuat janji ketemuan.

Sudah beberapa hari semenjak kepulangan Riko dari Jepang, mereka belum bertemu, hanya sesekali berkomunikasi via telepon. Keduanya sudah pacaran sejak lima tahun lalu, dan tak ada masalah apapun meski berhubungan jarak jauh. Jarang bertemu dan jarang bertukar kabar. Hanya kepastian kesetiaan yang Rara pegang, tak perlu sampai harus telepon berjam jam atau memaksa meluangkan waktu bertemu. 

Kali ini entah angin apa yang membuat Rara ragu, meski berusaha keras tak memikirkan hal negatif, tapi angin keraguan itu terus berhembus, dia pergi menemui Riko memastikan tak terjadi sesuatu.

Sampai ujung gang tepat depan rumahnya, mobil Riko melaju pesat meninggalkan rumah, Rara berlari membenarkan itu mobil Riko atau bukan, tapi memang betul itu mobilnya.

Rara menyetop taksi dan mengikuti mobil itu. Rupanya mobil berhenti di restoran tidak terlalu jauh, ohh... dia menemui seorang wanita, Rara panas dingin, pikirannya campur aduk haruskah ia melabrak atau bertanya baik-baik atau pergi saja dari kenyataan itu.

Rara mengirim pesan pada Riko menanyakan keberadaan dan sedang apa dia, sontak Rara kaget membaca balasan Riko, kebohongan yang menjijikan, Rara memutuskan untuk pergi saja.

Rara belum tahu pasti bagaimana harus menyikapi kejadian hari ini. Ia tahu meski hubungan mereka sudah lima tahun berjalan, ternyata lamanya waktu malah memberi dampak buruk bagi keduanya, kesetiaan di atas segalanya, Rara hampir tak mau bertemu lagi dengan Riko. Seketika ia sadar, langkanya komunikasi keduanya membuat jarak menjadi lebih jauh. Bukan tidak mungkin wanita tadi hanya sekedar teman. Setia harus setia baginya tak ada teman yang jadi prioritas hingga Riko tak menepati janji temu dengan Rara.

Pisah dengan baik-baik saja pikir Rara, dia tak mau ribut-ribut soal hubungannya. Lima tahun memang lama, tapi tak memberikan kesan memupuk cinta lebih dalam malah menggerogoti cintanya sampai tak lagi mengenali, apakah perasaannya masih sama seperti dulu. Biar sakit asal tidak menjatuhkan diri, yang baik akan bertemu yang baik, yang buruk tidak akan mendapat yang baik. Pikirannya campur aduk, ingin menyalahkan Riko, tapi ia belum tahu kebenarannya. Tidak, tak perlu dipikirkan lagi, ingkar janji, tidak menemuinya, dan malah bertemu dengan wanita lain, baginya sudah jadi masalah besar. Benar lima tahun berlalu, bukan memberi waktu untuk saling menerima dan mendalami cinta, ia hanya memberi waktu untuk untuk saling melupakan.
Rara masih bergumam dengan dirinya, baiklah ia akan diam, terserah apapun yang dijelaskan Riko, setia harus setia. Tepat janji juga adalah setia. Rara menatap dirinya di kaca, matanya tidak membendung airmata, hanya amarah yang memenuhi dada. Rasa itu sudah tak lagi sama. 




#Yogyakarta01/12/2017