Sabtu, 19 Desember 2020

Cerpen "Rintik Imajinasi"

 

Pinterest 

Siang itu hujan rintik-rintik, Syta menoleh ke arah sebrang jalan, pandangannya tertuju pada tempat ngopi yang tak terlalu ramai. Tempatnya tidak terlalu kecil, tidak juga terlalu besar, hampir seluruh pintu dan dindingnya dari kaca, sehingga terlihat jelas suasana di dalam kedai. Syta memutuskan untuk mampir, meski ia tak hobi minum kopi, ia sudah membayangkan menu lain untuk dinikmati bersama rintik hujan.

Syta tak ingin langsung kembali ke kosnya setelah pergi belanja beberapa kebutuhannya. Memang ia berencana jalan-jalan, namun cuaca tidak mendukungnya untuk berada di luar ruangan. Alih-alih memesan kopi, Syta memilih untuk memesan es susu coklat berteman roti bakar rasa coklat pula. Syta menyalakan ponselnya, tak ada satu notifpun yang masuk. Ia menarik bibirnya melengkungkan senyuman singkat, Syta suka duduk di kursi dekat dinding kaca itu, dengan meja bundar yang tak terlalu lebar, dan hanya tersisa satu kursi kosong didepannya.

Menu pesanannya datang, pas sekali Syta belum mengisi perutnya sedari pagi. Sepiring kecil roti bakar rasa coklat mulai menjelajah lidah, perut yang keroncongan sudah mulai tenang. Nampaknya ia sengaja meminum es susu coklat dengan sruputan penuh gairah. Pikirnya minuman dingin nan manis itu mampu memperbaiki suasana hatinya yang tengah kacau. Lamunannya terhenti, seseorang menghampiri mejanya, laki-laki tinggi, berambut gondrong, namun penampilannya rapi, rambutnya diikat ke belakang, bahunya kekar dan tegap. Ditangannya ia membawa mangkuk berisi bubur yang masih panas, nampak dari asapnya yang mengepul.

Syta beradu pandang dengannya, tak tahan ia mengerutkan dahinya, penasaran apa maksud si lelaki itu. "mbak datang sendiri?" tanya lelaki itu dengan suara tebal. Syta mengangguk perlahan. Si lelaki menyodorkan mangkuk ditangannya ke arah Syta dan duduk didepannya. "Ini menu spesial hari ini, karena cuaca dingin dan hujan, kami menyediakan menu bubur panas yang semoga cocok dinikmati saat cuaca begini. Ini untuk mbaknya, kami beri gratis. Semoga mbaknya suka". Lelaki itu tersenyum menatap Syta. Ia tidak beranjak pergi setelah memberikan bubur dan menjelaskan alasan datangnya menu bubur itu.

Syta menggeser mangkuk bubur agar lebih dekat lagi dengannya. Syta tersenyum dan mengucapkan terimakasih. Meski Syta ragu, ia mulai menyendok bubur yang asapnya masih mengepul dan mencicipinya. "Hmm.. Enak, apakah ada kerupuk?" syta bertanya dengan tatapan serius. Lelaki itu kikuk hingga mengalihkan pandangannya kearah mangkuk bubur. "Eehh... Cuma bercanda kok, hehe". Syta mencoba mencairkan suasana dan keduanya tertawa lirih.

Si lelaki memperkenalkan dirinya, ia merupakan pemilik kedai, kedai yang sudah dirintisnya sejak setahun lalu, saat usianya masih 25 tahun. Syta kagum dan dengan seksama mendengarkan cerita si pemilik kedai. "Maaf sebelumnya, apakah aku mengganggu? Tadi kulihat kamu masuk sendiri, duduk disini, kukira sedang menunggu seseorang". Ucap si lelaki dengan santai. Syta tersenyum dan hanya menggeleng kepala. Suara riuh terdengar dari meja belakang, penasaran apa yang terjadi, Syta menoleh, na'as seorang pelayan tersandung bersamaan dengan kaki Syta yang bergeser keluar meja.

"Pyurrrr.... Aahhh maaf, mbak maaf". Pelayan panik seraya membersihkan kaki Syta yang terkena tumpahan kopi panas. Syta kaget, dan sontak berdiri, ia menarik roknya yang basah dan terasa panas di kakinya. Raut wajahnya kesal atas kejadian itu, meski pelayan berulangkali meminta maaf, Syta belum menggubrisnya. Ia malah terdiam menatap ke arah mejanya.

Segelas es susu coklat bersanding dengan sepiring kecil roti bakar sudah habis. Disebelah piring kecil, Syta menatap buku novel yang terbuka tepat di halaman 279 bab limabelas, tak lama lagi bacaannya selesai. Sekilas ia membaca paragraf terakhir, baris akhir "Apakah aku mengganggumu? Tadi kulihat kau masuk dan duduk sendiri. Kukira sedang menunggu seseorang". Ia hanya tersenyum dan menggelengkan kepala.




____

Batang, 19 Desember 2020

Syta dwy riskhi


Jumat, 18 Desember 2020

"Surat Darimu"


Kegembiraan Hatiku ini hampir tak dapat ku ungkapkan,

Kau tahu kenapa?

Sudah lama engkau tiada mengirim surat

Kini hatiku tengah berbahagia, kau tahu?

Rasanya aku tak bosan-bosannya membaca suratmu

Meski hanya melalui kata-kata yang kau tulis

Aku merasa berhadapan langsung denganmu


Makin hari rindu itu semakin menggebu gebu

Ingin rasanya untuk bisa selalu dekat denganmu, kau tahu?

Setiap kata yang kau tuliskan dalam suratmu

Seolah olah telah melekat di hatiku

Tak ada lagi harapanku padamu

Selain harapan hari dimana engkau kembali

Untuk kita bersanding di singgasana cinta



_____

Batang, Desember 2020

#dwy_rr

Sajak Untuk Kawan



Rintik gerimis turun di siang hari.

Jauh dari langit sana terdengar gemuruh guntur bergetar teratur.

Tidak menakutkan tidak pula mengagetkan. Senada seirama dengan turunnya titik air itu.

Guntur bersuara, ku teringat dia, seseorang yang banyak membantuku di Jogja. Belum sempat balas budi, kusudah pergi.

Kini setahun sudah tak bersua, ku doakan agar dia selalu bahagia 





_____

Jateng 18 Desember 2020

 

Kamis, 17 Desember 2020

Air Luka

Bergetar kilat di angkasa, deras hujan mengguyur bumi dia masih terpaku dalam sunyi..

Hujan semakin deras, titik-titik air itu jatuh menggebu gebu, seakan inilah puncak penyimpanan hati..

Dia tak mampu mendongak dan membuka mata, butiran air yang lembek itu rupanya bisa menyakiti..

Serupa rasa yang pernah terukir dalam relung hati, ia begitu indah dan penuh harap pasti..

Hingga ukiran itu, semakin menyayat, menggores luka menciptakan tetesan darah tiada henti.. 




_____

Batang, Desember 2020


Sebuah Rasa

 Lihat, cahaya matahari bersinar terang hari ini..

Kemarin kau begitu menyukai gelap..

Dengar burung berkicau riang kesana kemari..

Bagaimana kau bisa mendapatkan sayap..

Dia tersenyum, lengkungannya bagai pelangi..

Ocehannya membuat dia ingin mendekap..

Lihat, cahaya matahari bersinar hari ini,

Akankah Perasaan bahagia itu akan dia ungkap..??




_____

Yogyakarta 17 Desember 2020





Selasa, 15 Desember 2020

Biar Hujan Turun

Mendung belum tentu akan turun hujan

Begitu ia berkata padaku

Lihat awan gelap itu, ia terus bergerak

Kautahu? Mungkin dia tengah membawa beban

Warnanya gelap dan tersimpan air begitu banyak

Hey..Apakah itu dirimu? 

Kau terlihat gelap dan sembap

Banyak air yang kaubendung di matamu

Tapi kau terus bergerak

Mungkin awan mencari tempat yang tepat

Tempat untuk menumpahkan butiran hujan

Lalu, bagaimana denganmu?

Bukankah pundakku adalah tempat yang tepat?

Tempat untuk menumpahkan butiran air mata

Datanglah ke pelukanku

Dan biarkan hujan turun dengan derasnya


____



#jateng #dwy_rr #sendu