Minggu, 27 September 2020

Mimpi Santa I

Asmara kemana lagi akan ku cari siapa yang kan mengusir sepi disaat ku sendiri asmara mungkinkah kau sampaikan padanya walau hatiku penuh derita aku masih selalu cinta..... (Asmara-Novia Kolopaking)

Santa menutup wajahnya menggunakan selimut menyembunyikan matanya yang sembab dan hidung yang memerah. Rian pulang lebih awal malam ini, pekerjaan hari ini tak sepadat biasanya. Gemericik air terdengar samar, Santa melepas headset yang terpasang di telinga, mematikan lagu yang tengah ia dengarkan dan kembali menutup dirinya dengan selimut. Santa tak berniat menyapa Rian dengan mata sembabnya., mungkin besok pagi saja.

Waktu menunjukkan pukul 2 dini hari, Santa terbangun dari tidurnya, membalikkan tubuh dan menatap Rian, semua masih sama, seperti malam malam biasanya.. Menu sarapan sudah siap di meja makan, Rian bersiap menyantap hidangan untuk kemudian bergegas ke kantor. Santa menatap Rian hendak menanyakan sesuatu, namun dia ragu. Sebaiknya bertanya atau tidak kalau dia pulang lebih awal semalam, namun Santa bingung karena dia pura-pura sudah tidur. Tinggal suapan terakhir seperti biasa Rian memuji masakan Santa, nasi gorengnya enak, ditambah telor ceplok setengah matang, menu andalan Santa yang merupakan makanan favorit Rian.

Santa tersenyum, dia menawarkan lagi nasi goreng buatannya. Rian menolak karena harus segera berangkat. Santa membawakan tas Rian seraya mengantarnya sampai pintu. Tidak ada rencana apapun hari ini, seperti biasa, Santa menatap layar HP melihat lihat kegiatan teman-temannya yang dibagikan melalui sosial media. Oh iya ini hari Sabtu, beberapa orang menghabiskan waktu untuk jalan-jalan, berkumpul dengan keluarga, atau membelanjakan sesuatu. Santa tersenyum getir, matanya mulai berkaca, Rian harus bekerja dia jarang libur bahkan hari Minggu sekalipun. Bagi Rian pekerjaannya harus diutamakan, banyak lemburan yang dia ambil untuk tambah-tambah tabungan. Santa harus mengerti, Santa tidak lagi bekerja semenjak pindah rumah mengikuti Rian.

Tidak hanya pekerjaan, teman-teman dan keluargapun ia tinggalkan semua berada di Jogja, sedangkan kini ia harus tinggal di Malang mengikuti Rian. Sebenarnya Santa ingin kembali bekerja, namun beberapa lamarannya belum ada panggilan hingga akhirnya Rian menyuruh Santa untuk di rumah saja. Sudah hampir empat tahun pernikahannya dengan Rian, keduanya belum diberi momongan. Hal itu membuat Santa merasa canggung pada keluarga Rian, merasa tak sempurna dihadapan Rian, dan berusaha menahan kesedihan dari kedua orangtuanya.

Tiga tahun hari-harinya dilalui dengan duduk di sofa ruang tamu, menggeser geser menu HP, membaca, postingan sosial media, atau sesekali menonton film. Santa jarang keluar rumah, ia belum hafal betul jalan kota atau tempat wisata, mau pergi pun tak tahu harus dengan siapa, sesekali mengajak kawan lama namun nampaknya kesibukan jadi alasan. Masih membayangkan mimpi apa saja yang belum terwujud Santa meneteskan air mata. Entah harus mulai darimana lagi ia menata hidupnya agar nampak baik-baik saja. Ada badai berkecamuk dalam dadanya, terasa menusuk nusuk kepalanya, matanya kabur, dunia bak berputar lebih cepat. Santa menyenderkan tubuhnya mencoba menenangkan diri dan memejamkan mata.

Kepalanya masih pusing ketika Santa membuka mata, waktu menunjukkan pukul satu siang, Santa pergi ke warung membeli makanan dan obat sakit kepala. Rian pulang lebih awal lagi. Santa bangkit dari temoat tidur sembari memegangi kepalanya. Menyiapkan makan malam dan meminta Rian untuk libur esok hari. Rian bersikukuh tetap bekerja, ada hal yang harus dia capai. Santa mencoba membuka percakapan lebih dalam ia hendak membahas perihal anak dan sakit kepalanya yang akhir-akhir ini terus kambuh. Rian menyela ucapan Santa, dia tak ingin mengobrol panjang lebar malam ini. Besok harus kembali bekerja. Rian menyuruh Santa untuk santai saja di rumah, jika sudah waktunya Rian akan mulai memikirkan perihal anak., atau hal lain yang menjadi impian Santa.

Santa mengangguk, dan membereskan sisa makan malam. Kepalanya masih terasa berputar, Santa membaringkan tubuhnya. Pagi itu ibunya menelepon, Santa memegang kepalanya, ia enggan menjawab pertanyaan ibu. Sudah tidak bekerja apalagi yang dikerjakan kalau tidak mengurus anak. Harus ada usaha dan disegerakan, agar punya kesibukan dan tidak terlalu lambat untuk melahirkan. Santa tak tahu harus menjelaskan apa. Memang belum dikasih mau bagaimana lagi, kerjaan juga sudah diusahakan memang belum ada kesempatan lagi, Santa menjawab dengan suara bergetar.

Mencoba mencari kegiatan yang lebih produktif untuk mengalihkan pikiran negatif, Santa pergi ke taman kota. Sekeliling nampak lalu lalang kendaraan, setiap orang sibuk dengan segala aktivitasnya. Santa kembali menatap layar HP semua nampak baik-baik saja, keluarga, teman, tetangga, dan Rian. Kepalanya kembali terasa berputar, Santa memegangi kepalanya yang serasa ingin ia benturkan ke tembok. Santa menghubungi Rian. Lima kali panggilannya tak diangkat oleh Rian.

___
Santa terbaring dengan jarum infus menancap ditangannya. Matanya terpejam dengan wajah pucat, tidak ada gerakan sedikitpun. Rian menatapnya diam, tatapannya kosong, ia enggan mengalihkan pandangannya. Wanita paruh baya mendekat dan menarik tubuh lemas Rian, langkahnya terseret seret nampak tak ada tenaga sedikitpun untuk menegakkan kepalanya. Dia sakit, mungkin lebih dari itu tak hanya kepalanya yang sakit, perasaannya juga sakit, pikiran dan pribadinya sudah sakit. Orang perlu bicara, berbagai kisah dan saling menyemangati, Santa tidak punya teman bicara, dia kesepian, banyak hal tertahan di ujung kerongkongannya, beban dia tak nampak namun dia tumpuk dikepala dan dadanya. Kamu tahu? Orang yang kesepian, dia akan menjadi tua sendirian, sering menangis, tak bercahaya, banyak diam, dan akhirnya dia menemui sakit yang tak tertahankan.

Ibu Santa tak kuasa menahan tangis ia tak mampu melanjutkan kata-katanya. Ia menjauh dari Rian, beranjak pergi meninggalkan Rian yang terdiam.

Dokter menerangkan kalau Santa menderita aneurisma. Makin besar ia, makin mudah pecah karena makin tipis. Hanya menunggu waktu semoga ada keajaiban bagi Santa.

Senja itu bergemuruh, langit diangkasa seakan bergetar, dada Rian bagai tersambar kilat. Hujan mengguyur perasaan Rian, nafasnya tersengal, menurunkan tubuh Santa ke tempat peristirahatan terakhir. Isakan tangis mengiringi kepergian Santa. Kini ia tak lagi menangis sendiri. Namun ia tetap diam sampai akhir hidupnya.



Bumi 27 September 2020
@dwy_rr

Senin, 21 September 2020

Remot FM "Toko Kaset"

 --Bukan sekedar wajah jelita dan bukan pula emas permata sebagai upaya dalam bercinta..... Sungguhpun bumi berkeping dua ombak di laut jadi bencana tiada sesakit hati terluka,,, luka nan tiada pengobatnya.. Jangan kau tawar lagi cinta tak dapat dibeli tinggalkan aku sendiri........--

"Nah satu tembang lagu dari Endang S Taurina 'Cinta Jangan Dibeli' mengawali perjumpaan kita dimalam ini, selama dua jam kedepan Kiki akan menemani para pendengar dengan tembang tembang kenangan... Oh ya sekedar info yah pendengar malam ini hujan turun cukup deras,,,bagaimana dengan daerah pendengar? Bisa diinfokan nanti via sms di nomor 009673657888 pendengar bisa kirim salam dan juga minta lagu yang akan Kiki putarkan untuk menemani malam yang dingin ini.. Kita kembali ke tembang berikutnya, ada Annie Carera dengan 'Terperangkap Dalam Duka' special for you, tetap stay tune di sembilan poin tujuh remot FM, selamat mendengarkan.. "

--Mengapakah perpisahan terjadi antara kita berakhir dengan deraian air mata..... Tak kuasa ku melawan kehendak ayah dan bunda akhirnya ku terperangkap dalam duka.............--

"Kembali bersama kiki, wah sepertinya hujannya awet ini, hawanya juga sudah dingin dingin merinding... Pas banget kalau kalian minta tembang tembang kenangan, biasanya kan hujan ini waktu yang amat mendukung untuk kita kembali mengenang masa masa dulu ya, entah itu masa menyenangkan, menyedihkan, mengecewakan, atau apapun itu, nah sembari menunggu sms dari para pendengar Kiki mau cerita sedikit nih, kalau bahas masa masa dulu, Kiki jadi ingat satu moment ketika Kiki masih jaman sekolah menengah pertama, jadi ceritanya waktu itu nemenin bapak beli kaset di sebuah toko.

Kanan kiri rak kayu susun warna original tanpa cat warna disitu berjajar kaset pita, nuansanya masih sepi meski ada di pinggir jalan karena lalu lalang kendaraan ngga seramai sekarang. Penerangannya juga agak remang remang, kalau keluar toko,, cahaya bulan dilangit malam lebih terang. Waktu itu yang dibeli kaset pita Ratih Purwasih. Kiki suka aja gitu membayangkan kembali toko kaset jaman dulu itu, di langit langit toko bergantungan poster poster penyanyinya, dan beberapa papan harga berhiaskan debu tipis juga tergantung. Sayang tokonya sekarang sudah ngga ada, Kiki juga sudah lupa si tempat pastinya"

"jadi gitu pendengar, mungkin sekarang udah jarang ya, karena kan lebih mudah gitu kalau mau dengar lagu tinggal pakai HP aja, betul ngga pendengar? Boleh kasih pendapat kalian ya.. Oke sekarang kita bacakan sms yang sudah masuk ya, ada dari Rika, 'hai Kak Kiki, mau kirim salam ya buat keluarga dan semua yang masih mendengarkan remot FM, minta lagunya dari Ebiet G Ade yang Menjaring Matahari, pas banget ditempatku juga lagi hujan, sekian terimakasih' oke sama-sama Rika, terimakasih juga atas infonya, sepertinya beberapa wilayah Gerlang diguyur hujan merata ya.. Yuk langsung saja kita dengarkan bersama satu tembang dari Ebiet G Ade 'Menjaring Matahari' special for you....... 

--Kabut, sengajakah engkau mewakili pikiranku?

Pekat, hitam berarak menyelimuti matahari...Aku dan semua yang ada di sekelilingku........Merangkak menggapai dalam gelap..........Mendung, benarkah pertanda akan segera turun hujan?......... Deras, agar semua basah yang ada di muka bumi........Siramilah juga jiwa kami semua..Yang tengah dirundung kegalauan......--




____________


21/09/2020



Minggu, 13 September 2020

Puisi Senja

Tadi masih terang bercahaya, bumi yang kupijak masih terlihat subur

Entah apa yang sudah kulalui, entah bagaimana hari ini berlalu pergi

Cahaya itu sudah meredup berganti warna, merah atau jingga disebutnya??

Senja... Sebut dia Senja. Kepakan sayap burung memanggil dia Senja

Mereka bilang senja indah? Banyak bait puisi tecipta dari senja??

Lalu kenapa puisiku terkesan suram, warnanya redup hampir menghitam

Remang-remang hingga gelap dominan menyertai hari ini,,hari yang segera berganti



_____

Jawa Tengah 13 Sepetember

Sabtu, 12 September 2020

Puisi "Malam Minggu"

 

Eh langit sudah gelap

Mataku mulai terlelap

Eh itu mereka berdua

Tangannya mulai meraba

Eh bintang di langit nampak bertebaran

Sama seperti mereka saling bergandengan

Eh Aku teguk lagi botol ditangan

Mulutku mengumpat pada setiap pasangan

Eh ini Malam Minggu..!!! 

Hanya aku yang duduk termangu

_______

Sabtu 12 September 2020

Jawa Tengah

Lirik Lagu "Api Kehidupan" Nike Ardila

 Api cintaku yang membara nyaris hilang dihempas badai prasangka

Haruskah pasrah dan selalu mengalah

Dari keinginan yang berbeda.. 

Cinta ku putih hanyalah untukmu

Takkan berubah sampai akhir dunia

Namun kau tak pernah mengerti aku menang sendiri..

Haruskah hidupku menurut mengalah mendengar apa kata mu

Sampai kapankah ku harus begini

Mentari berikan sinarmu biarkan terang hidup ini

Nyalakan api kehidupan hangatkan cinta yang membara ho hoooo...  Mata hatiku

Ayunkan langkah pasti dalam cinta

____________________________________

Jumat, 11 September 2020

Komentar Dalam Hati

 

pinterest

Warna merah atau abu-abu ya, aku bergumam dalam hati menentukan warna baju yang akan ku kenakan ke pesta pernikahan teman. “10 menit lagi kita sampai dilokasi” ku baca pesan dari teman yang janjian datang bareng. “yuk jalan, siapa yang tahu jalan sini”. Aku mengegas pelan motorku memberi aba-aba disetiap belokan dan memperhatikan teman-teman yang melaju di belakangku. Kenapa acaranya sepi sekali, kenapa juga diadakan di rumah, oh ya kamu dapat undangannya? Aku cuma dikirimi pesan singkat. Aku ngga dapet undangan cetaknya tapi dapat undangan digitalnya. Eh aku malah dikasih tau Ica, katanya disuruh dia.

Begitu seterusnya teman-teman memperbincangkan sang pengantin wanita. Sesekali aku mendengarkan tapi tak menjawab apapun. Pandanganku mengawasi tiap meja, mencari seseorang yang mungkin aku cari. “Ris..!!!” aku menoleh mencari sumber suara. Afi teman Sekolah Dasar dulu, beberapa bulan lalu dia mampir ke rumahku bersama pacarnya.

“kamu udah lama disini?” tanyaku. “iya dari sore, aku nemenin Wulan. Aku ngirim pesan ke kamu Ris, biar kita sama-sama disini, Wulan ngga ada temennya”. Aku mengecek ponselku. “kamu sendiri” tanyaku melihat sekitar. “iya aku sendiri, makanya aku kirim pesan ke kamu”. Masih basa basi, aku bertanya “ngga sama pacar?”. “aku udah putus, udah lama malah”. Kaget, padahal hubungannya terlihat indah, dan sudah amat dekat. “sedih banget sumpah, tapi ya gimana lagi, dia udah sama yang lain”.

Aku berkomentar dalam hati, Wulan juga sempat putus, bahkan katanya musuhan, tapi tiba-tiba balikan sekalian nikah. Afi yang tanpa masalah dan keduanya bak tidak ada kekurangan satu sama lain, tiba-tiba putus. Komentarku terhenti, “Ris..!!! kamu kapan nyusul? Dari jaman sekolah katanya mau nikah paling dulu?”. Sentil kawan-kawan, aku hanya tersenyum namun lengkungannya kebawah. “ih capek banget ya, kerja di lapangan tiap hari kesana kemari ngejar target,” tapi kan gajinya lumayan, gumamku dalam hati. “loh lihat tuh Nia sampai sekarang belum ada panggilan, batuin gih biar cepet dapet kerja” “iya nih udah lama nganggur, kayaknya mamah udah mulai bosen lihat aku makan tidur, makan tidur doang”.

Tapi ... fotonya jalan-jalan terus, enak juga makan tidur, makan tidur, tapi duit buat jalan lancar terus, sinisku dalam hati. “kemarin aku dapat kabar dari Lila yang merantau, katanya sampai sekarang juga belum dapet kerja”. “loh terus biaya hidup dia selama disana, gimana”. Kan dia ada pacar disana, mungkin ikut pacarnya, aku menjawab dalam hati. “pengen keluar cari kerjaan yang nyaman, demi apa, atasanku sukanya marah-marah, enak banget cuma nyuruh-nyuruh, kalau ada kesalahan tinggal nglimpahin ke bawahan”. Ucapannya tegas menggambarkan kekecewaannya. “si Tata loh dia kan udah naik jabatan tuh, ya ampun sombongya ngga ketulungan,kemarin aku ketemu di depan cafe”. Sejak lahir juga dia udah sombong, aku terkekeh dalam hati. “mungkin ada transferan khusus” hahahahahah hahahah ahahaha...... tawa riuh ramai memecah suasana sepi disini. “kalian udah jenguk Vian, udah lahir tuh anaknya, tapi katanya pisah, trus anaknya dirawat kakek neneknya” hemmm itu kan kecelakaan, resiko nikah mudah juga begitu, ucapku dalam hati sambil manyun.

Wah wah semakin banyak saja perbincangan teman-temanku ini, aku hanya diam namun berdebat dalam hati. Aku menemui Wulan, basa basi biasa dan berpamitan. Teman-teman protes kenapa aku pergi duluan, aku berdalih ada janji dengan seseorang, hanya alasan supaya aku tidak terus berkomentar karena obrolan-obrolan mereka, bagaimanapun komentarku juga pedas dan begitulah kehidupan ini. Hingga aku melangkah berjarak dua meja, sudah terdengar lirih namaku disebut sebut. Mungkin akulah tema selanjutnya bagi pembicaraan mereka. Kali ini aku tidak ikut berkomentar.

 

 

11 September 2020

Jawa Tengah