Selasa, 21 November 2017

Wanita Penulis .3



Wanita Penulis .3

Pagi ini aku terusik dengan mimpi semalam, entah mimpi atau bukan atau sekedar khayalanku saja, tunanetra yang kemarin kuikuti hadir dalam mimpiku, mungkin karena aku terlalu memikirkannya hari kemarin.

Sudah kuputuskan, ia akan jadi tema tulisanku kali ini, bergegas menghabiskan roti lapis dan teh manis, aku segera menuju Universitas kemarin, yaahh... agak ekstrim memang menemukan seseorang yang tak kukenal di Universitas yang luas.

Setengah jam nongkrong di depan gerbang, belum ku temukan orang yang kucari, tak ada niatan untuk bertanya, kubiarkan semua berjalan begitu saja. Hmmmm..... belum juga kutemui sampai setengah hari.

Baiklah mungkin bukan hari ini, aku pergi ke tempat makan untuk istirahat dan mengisi energi. Belum juga pesananku datang, orang itu muncul dengan santai saat aku tak lagi bersemangat.

Aah......... haruskah aku kesana ?? belum selesai berfikir tubuhku beranjak mengejarnya. “awass.. ada besi !!” ku berteriak dan menarik tangannya. “oh.. terimakasih, tapi gak biasanya ada besi di jalan?” ia mengucapkan terimakasih dan bertanya bingung.

Jalan sedang di perbaiki jadi ada besi penghalang agar tidak ada yang melewatinya, ku jelaskan apa yang ku lihat padanya. Dia kembali berterimakasih dan memintaku untuk menunjukkan jalan yang bisa di lalui.

Haaaaaaa............... kesempatan !! ku tanya kemana dia akan pergi, dan menawarkan diri untuk mengantarnya, wahh.. tapi dia menolak dia merasa sudah biasa jalan sendiri.

Tak mau mengalah aku tetap mengantarnya, ku ajukan beberapa pertanyaan agar suasana jadi akrab. Di tengah perjalanan ia berhenti dan tertawa, duhh..... cacing-cacing di perutku sungguh kasar !!

Ia mengajak ku mampir di warung langganannya, dengan senang hati aku mengikutinya. Memang benar ia sudah hafal jalan, tak ada kendala kecuali besi tadi. Terimakasih besi ..? hehe..

Sembari menunggu makanan, aku memperkenalkan diri berbicara ini dan itu tak sungkan aku langsung mengatakan tujuanku untuk menulis cerita tentang dia. Yaah.. tanpa basa-basi aku ceritakan pula kejadian kemarin.

Ia merespon dengan baik, ia juga tak keberatan dengan kehadiranku. Tapi mengatakan hal lain yang membuatku bingung. “kakak ingin membuat cerita tentang aku? tentang bagaimana seorang tunanetra seperti ku bisa berjalan sendiri menuju kampus dan pulang ?” ia menanyakan pertanyaan yang membuatku agak canggung, apakah ia keberatan? “bagaimana kalau kita ganti temanya?, dibanding bagaimana aku bisa menghafal jalan, aku memiliki cerita yang lebih menawan.” Belum juga aku menjawab, ia melanjutkan kata-katanya.

Cerita lain? aku menegaskan kata-katanya, “ya.. aku pernah memiliki kisah yang indah sebelumnya, aku pernah mengalami cerita yang mungkin bagus untuk di tuliskan” kata-katanya membuatku berfikir, apa sebelumnya ia bisa melihat ?.

“kakak ingin menjadikan ku tema tulisan kakak, aku menerimanya, tapi bisakah kakak membantuku ?” dia bertanya agak serius padaku. Tanpa ragu ku jawab bisa saja jika aku sanggup.

“aku pernah mengenal seorang gadis yang membuat hidupku bahagia meski dalam waktu singkat, aku tak ingin menceritakan bagaimana aku bisa melanjutkan hidup disini dengan keadaanku seperti ini, aku ingin menceritakan kisahku dan gadis itu saja” ia mau membantuku tapi dengan cerita lain. Aku tak keberatan, karena ia juga sudah bersedia membantu.

Tapi sebelumnya aku menanyakan alasan kenapa ia ingin cerita tentang seorang gadis, apakah urusan asmara ? aku kurang tertarik sebenarnya.

“yaa... mungkin ada kisah asmara di dalamnya ? jika kakak menuliskan kisahnya itu akan membuat kenangan ku menjadi abadi dalam sebuah karya tulisan, apa seorang seperti ku tak pantas membicarakan asmara ?” kata-katanya membuatku kagum, hingga ku jawab aku tak bermaksud demikian, apapun itu aku akan mendengarkan ceritanya.

Makanan datang, kami menghentikan pembicaraan dan melahap makanan, dalam hati ku berkata, aahh... cerita seperti apa yang akan ia ceritakan, nampaknya aku harus mengganti judul cerita ku. Haaeemmm...






#Yogyakarta 21 November 2017



Tidak ada komentar:

Posting Komentar